Selamat Pagi, April!

Image from Deviantart

Selain mencintai buku, aku mencintai lagu tanpa nyanyian. Sebuah musik instrumentalia, musik klasik atau dentingan piano dapat membuatku loncat-loncat bagaikan anak remaja yang mengandrungi boys band. Jangan tanya sejak kapan aku mencintai jenis musik ini, karena akupun baru menyadarinya belakangan.

Hanya sedikit orang terdekatku yang mengetahui kecintaanku ini, maka aku heran ketika aku mendapatkan sebuah paket cd instrumentalia. Paket itu ditujukan untukku, tanpa nama pengirim. Tapi sang pengirim meninggalkan jejak sebuah alamat jika paket tersebut salah alamat.

Aku seharusnya menyalahkan tangan nakalku yang iseng membuka kotak cd itu dan mendengarkannya. Iringan nada yang keluar langsung menari-nari dan berdansa dengan imajinasiku. Aku seperti dibawa oleh nada tanpa vokal itu terbang menuju tempat yang tidak pernah kukunjungi. Kuputuskan untuk menyimpan cd itu dan mengirimkan surat ke alamat di paket itu.

Dear pengirim cd lagu,

Terima kasih atas kirimannya.
Saya sangat suka dengan lagu yang anda kirimkan.

April.

***

More

Kurir Cinta

Image from Deviantart

Mimpiku semenjak kecil adalah bekerja di bawah tumpukan buku. Aku cinta buku. Ya, kamu bisa mengatai diriku adalah seorang kutu buku. Tapi aku mengakuinya, aku kutu buku. Semua buku aku cintai, baik itu buku pelajaran, buku cerita, buku novel, bahkan buku stensilan. Untuk yang terakhir aku hanya suka membaca itu karena kagum akan imajinasi penulis buku itu.

Dan mimpiku menjadi kenyataan, semacam itu. Aku bekerja benar-benar dibawah tumpukan buku. Aku bekerja di sebuah toko buku terkenal di Indonesia. Seharusnya aku menikmati dan mencintai pekerjaan ini. Tapi sepertinya mimpi masa kecilku sangat jauh bertolak belakang dengan kenyataan hidup saat ini.

“Mbak, buku berjudul…..” Seorang wanita muda menghampiri diriku menanyakan sebuah judul buku.

Tanpa perlu aku mengecek ke komputer, aku langsung tahu dimana buku itu berada. Aku mendapatkan anugerah fotographic memory oleh Yang Maha Kuasa. Aku langsung menunjukkan wanita itu buku yang ia cari.

“Makasih, Mbak.”

Aku tersenyum simpul menanggapinya. Aku kembali menuju tempatku dan membereskan beberapa buku yang salah tempat. Sebuah tepukan dari salah seorang rekanku mengagetkan diriku.

“Ada apa?”

“Itu ada kiriman buat lo.”

“Kiriman?”

“Iya. Di ruang ganti. Gw taruh di depan loker lo tuh.”

“Dari sapa?”

Rekanku itu menaikkan bahunya. “Tapi keknya bom gitu. Bom cinta. ”

Rekanku tertawa terbahak-bahak. Aku menggeleng-geleng melihatnya dan cepat-cepat meninggalkan wanita itu menuju ruang ganti.

***

More