Dionanda #5: Arti sebuah Status

“Sakiit!!!”

Dion masih mengingat jelas ekspresi kesakitan di wajah wanita itu. Ia kesakitan oleh cengkraman tangan Dion di lengan kirinya.Wajah cantik wanita itu berubah menjadi sangat pucat.

Dion sama sekali tidak bermaksud untuk menyakiti wanita itu. Ia hanya ingin menghentikan langkah wanita muda itu, dan meminta penjelasan siapakah dirinya sebenarnya hingga mengetahui hubungannya dengan Wulan.

“Wina…” Desis Dion

Wajah wanita itu ketika menatapnya marah terus membayangi ingatan Dion. Wanita itu tidak berkata apapun meski Dion telah meminta maaf dengan tulus karena refleks mencengkram tangannya.

Koq diriku bisa seperti itu ya? Mengapa saat itu kepalaku seperti kosong, tidak bisa berkata apapun. Juga kakiku kaku, tidak bisa berjalan untuk mengejar dia untuk meminta maaf sekali lagi. Kenapa dengan diriku ini?

Dering telpon memecahkan lamunan sesaat Dion.

“Ya” jawab Dion tegas melalui intercom

“Pak, dipanggil pak Wahyu” terdengar suara sekretarisnya, Nila

Dion segera berdiri dan memakai jasnya yang tergantung di belakang kursi besarnya. Dia harus tampil serapih mungkin, tidak biasanya Presiden Direktur perusahaannya memanggil dirinya.

Hampir selama 2 tahun terakhir Dion menjadi salah seorang Senior Design Grafik di perusahaan real estate itu. Dion beserta staff-staffnya menangani proyek-proyek pembangunan perumahan yang akan dibangun. Hasil dari Kerja keras Dion membuatnya cepat menaiki jenjang karir hingga hampir mencapai level direksi di perusahaan itu.

Ketika sampai di kantor PresDir yang terletak di lantai paling atas gedung perkantoran itu, Dion melihat seorang pria berusia 70tahun duduk di tengah tumpukan kertas di mejanya. Wajah kesal pria itu berubah menjadi cerah ketika mengetahui kehadiran Dion di kantornya.

“Siang, pak Wahyu. Bapak, memanggil saya?”

“Ya. Silahkan duduk”

Dion pun duduk dihadapan meja besar berukiran kayu.

“Pak Dion…” Pak Wahyu duduk lebih tegak dan mengambil nafas panjang

“ada apa dengan anda?”

Kening Dion berkerut. Heran.

“Maaf,pak. Maksud bapak?”

“Kinerja anda berkurang akhir-akhir ini. Hampir semua proyek-proyek yang anda pegang bulan ini masih menggantung”

Dion menelan ludah mendengar ucapan atasannya. Didalam hati, Dion mulai berdoa agar ia tidak mendapatkan masalah besar.

“Maaf” ucap Dion pelan “Saya akan memperbaikinya”

Pak Wahyu terdiam dan terus menatap Dion lekat-lekat. Pak Wahyu seperti sedang menganalisa kepribadian Dion dari kursinya.

“Pak Dion” ucap Pak Wahyu sambil tersenyum penuh makna “Umur anda berapa?”

“Tiga puluh” jawab Dion gugup. Ia mulai mempertanyakan mengapa atasannya itu menanyakan hal itu

“Anda punya kekasih?”

Dion kaget mendengar pertanyaan Pak Wahyu. Ia berusaha menutupi keterjutannya itu.

“Untuk sekarang tidak ada”

Pak Wahyu tersenyum simpul dan menyenderkan punggungnya ke kursi besarnya.

“Anda tahu Pak Dion ? Sebuah kemapanan itu sangat berguna untuk karier anda.”

“Saya tahu” angguk Dion sambil menelan ludah lagi. Ia sudah mulai bisa menebak kemana arah pembicaraan Pak Wahyu.

“Anda mengerti apa yang saya maksud?”

“Ya” anggu Dion

Pak Wahyu tersenyum senang.

“Anda merupakan salah satu orang terbaik yang dimiliki oleh perusahaan ini. Kinerja yang buruk dan status lajang anda dapat menghambat prestasi gemilang anda”

Dion memaksakan untuk tersenyum. Ia merasakan telapak tangannya semakin lama semakin basah oleh keringat dingin.

“Saya mengerti kesibukan anda membuat anda tidak memikirkan hal ini, maka saya sarankan agar anda mengambil cuti seminggu untuk berlibur. Saya sangat berharap sekembalinya anda dari liburan, anda dapat memikirkan hal ini lebih baik”

“Ya” angguk Dion “Terima kasih atas saran bapak”

Dion bangkit dari kursinya dan meninggalkan kantor Pak Wahyu dengan langkah berat.

***

As_3d

Menurutmu cerita ini bagaimana?